
Senja telah tiba ketika kami melangkahkan kaki yang separuh lelah memasuki kawasan InterContinental Bali Resort, Uluwatu. Matahari hampir terbenam, rebah ke pelukan samudera yang sore di pengujung April 2022 itu terlihat tenang. Laut hanya sedikit beriak, seolah mengimbangi awan yang sama sedikitnya menghias langit senja Bali yang enggan menyuguhi kami sunset.
Kesan megah dan bersih bersatu dengan nuansa alami. Struktur bangunan yang tinggi dan kokoh, lengkap dengan patung raksasa di lobi sebagai pusat semestanya, bersanding apik dengan keluasan dan kerapian taman, kolam-kolam yang tersebar di segenap penjuru, serta beragam pepohonan yang menyejukkan. Sebuah perpaduan unik yang terasa nyaman.

Dan tentu saja InterContinental Uluwatu punya akses langsung ke pantai dengan pasir putih yang lembut dan luas membentang. Sebuah kemewahan yang barangkali jarang sekali dapat dinikmati anak-anak kota besar yang kesehariannya sudah dirampas oleh kerasnya aspal jalanan dan dinding kota kelabu yang membosankan. Kedua anak perempuan saya gembira sekali bermain pasir dan sesekali menceburkan diri ke laut, menikmati ombak yang menggulung pelan. Sangat bersahabat.

Bagi kami sekeluarga, puncak pencapaian resor ini adalah kolam renangnya. Diletakkan dengan brilian di tepi pantai, di antara beberapa pohon kelapa yang tinggi menjulang, kolam renang utama yang dilengkapi dengan bar dan restoran ini benar-benar jadi pusat aktivitas hampir semua tamu yang menginap. Ketika bicara soal aktivitas, saya tentu tidak bicara tentang pekerjaan, melainkan kegiatan berenang, berendam, leyeh-leyeh membaca buku (belagak sastra!) sambil menyesap bir dingin. Ahhh…


Sebagian orang akan merasa sedikit ciut mendapati dirinya berada di tengah komplek resor yang dikepung kolam-kolam besar dan beragam tanaman yang menimbulkan kesan kita sedang berada di tengah sebuah hutan yang tidak terlalu lebat. Namun tidak begitu halnya dengan saya. Sejak dulu saya senang dengan rasa sepi yang dihadirkan hutan, danau, dan pegunungan. Kolam-kolam yang tersebar di sini, dengan berbagai tanaman airnya yang tumbuh subur, benar-benar membuat saya merasa tenang. Damai. Sebuah perasaan terisolasi yang nikmat.

Melewatkan dua atau tiga hari di sini, menurut saya, akan jadi semacam sweet escape. Dunia serasa berhenti berputar. Hanya ada diri kita, keluarga yang kita cintai, dan kolam-kolam yang menemani pikiran kita mengembara dalam diam.